Jumat, 19 Agustus 2011

DALAM KELAMYA PERASAAN



Anggrek benar-benar mencintai Zumi dengan segenap jiwanya. Ia ingin selalu ada di dekat Zumi. Maka dengan penuh tekad mengiringinya, hari ini, ia akan menyatakan perasaannya pada Zumi. Seharusnya memang bukan dia yang memulai. Tak ada dalam kamusnya "cewek nembak cowok duluan", tapi itu sudah tak berlaku lagi kini. Ia tak bisa memendam rasa ini lebih lama lagi. Ia takut kehilangan Zumi jika ia tidak bergerak cepat sekarang juga meyelesaikan proyek hatinya ini.
Siang itu sepulang sekolah, Anggrek bertemu dengan Zumi. Sesuai dengan rencana. Ia siap untuk memulainya. Come on, Anggrek! You can do it! Anggrek menyemangati dirinya dalam hati.
"Ada apa, Anggrek?" tanya Zumi seraya berjalan menghampirinya.
Saat itu mereka berada di dalam ruang Aula Seni SMAN 1 Kedasi.
"...."
Dag...Dig...Dug... jantung Anggrek berdegup kencang. Suaranya tertahan, ia tak bisa merangkai kata dengan baik untuk menjawab pertanyaan Zumi tadi. Dia tak sanggup melakukannya. Mungkin lain kali saja ia mengutarakannya, tidak sekarang. Rasanya itu lebih baik. Pikirnya dengan napas yang tak beraturan.
"Hei, malah ngelamun? Ngelamunin siapa? Aku ya?" goda Zumi.
"He?" respek Anggrek kaget. Kok Zumi bisa tahu ya? tanyanya dalam hati. Semudah itukah hatinya dapat ditebak orang lain?
"Biasa aja kali kagetnya! Aku bercanda kok!" ujar Zumi mencoba mencairkan suasana yang terlihat begitu tegang itu.
Setidaknya itu yang Anggrek rasakan sekarang, berbeda dengan Zumi yang nampak santai. Malah ia sempat tertawa melihat raut wajah Anggrek yang terlihat merah marun tadi. Baginya kekagetan diwajah Anggrek terlalu berlebihan.
"Hei, Anggrek! Katanya mau bilang sesuatu sama aku. Jadi apa?" tanya Zumi lagi yang terlihat sibuk dikejar waktu. Beberapa telpon telah diterimanya dan sepertinya telpon-telpon itu memintanya pergi meninggalkan Anggrek sekarang juga.
"Anggrek, ada beberapa project OSIS yang belum aku selesaikan, kalo kamu nggak bisa bilang sekarang mau ngomong apa sama aku, lebih baik lain kali saja kita bicarakan, gimana?" tawar Zumi, ia terlihat cemas setelah menerima telepon tadi.
Tidak! Tidak bisa lain kali, Zumi! Ini menyangkut hatiku... Sial! Apa yang harus aku lakukan? Aku tak bisa menunda-nunda lagi! Harus sekarang!
Zumi terlihat menerima telpon lagi, dia sebagai sekertaris OSIS memang sangat sibuk karena banyak pekerjaan yang harus diurusnya.
So calm down, Anggrek! You can do it! Now! pikir Anggrek dalam hati.
“Aku pergi sekarang, Anggrek!" pamit Zumi dengan wajah khawatir.
"Tu..." ucap Anggrek.
Ia harus mencegah Zumi pergi. Pokoknya harus hari ini dia katakan semua perasaannya. Tak bisa ditunda lagi. Ia bingung memikirkan bagaimana cara mencegah Zumi pergi. Langkah Zumi semakin jauh meninggalkannya. Anggrek menatap ke seluruh ruangan, ini adalah tempat favoritnya di sekolah. Dan dia menemukan sebuah ide! Aha! Dengan cekatan dia berlari ke panggung dan meraih sebuah mikrofon yang masih menyala. Sepertinya tadi alat-alat musik dipanggung ini sempat dipakai tapi pemakainya lupa mematikan semuanya sehingga semua alat masih menyala hingga sekarang termasuk mirofon ini. Tak masalah, ini mungkin keberuntungan bagi Anggrek. Setidaknya mikrofon itu bisa membantunya memanggil Zumi kembali.
"Zu, Zumi! A, aku... To, tolong, tolong dengarkan aku! Aku mau bilang kalo aku..." cetus Anggrek dengan nada tertahan di akhir kalimat.
Zumi berhenti melangkah dan berbalik badan menatap Anggrek dengan tatapan heran. Ada apa? Mungkin itu tanyanya dalam hati.
Anggrek mengambil napas panjang. Ia yakin akan memulainya sekarang. Mulai!
"Lihat ku di sini kau buatku menangis
tak ingin menyerah tapi tak menyerah
mencoba lupakan tapi kubertahan
kau terindah kan selalu terindah
aku bisa apa tuk memilikimu
kau terindah kan slalu terindah
harus bagaimana kumengungkapkannya
kau pemilik hatiku
...."
Anggrek mengungkapkan semua perasaannya untuk Zumi dengan sebuah lagu dari Armada band berjudul 'Pemilik Hatiku'. Selama Anggrek menyanyi, Zumi hanya terdiam dan tampak merenung. Sepasang mata dan beribu telinga telah menjadi saksi setia keadaan ini. Anggrek menyanyi dari lubuk hatinya yang terdalam. Suaranya begitu indah didengar. Bening sebening-beningnya embun. Setelah bait terakhir dari syair lagu itu selesai dinyanyikannya, Anggrek pun berkata.
"Itu perasaanku untukmu, Zumi. Aku lega akhirnya bisa mengatakan kalau aku cinta ka..."
Tak diduga tak dinyana, Zumi memotong kata-kata Anggrek.
"Anggrek, aku tak menyangka kamu bisa memiliki perasaan itu untukku. Terima kasih,"
Zumi berjalan menghampiri Anggrek dipanggung aula. Ia kini berada di samping Anggrek. Menatap Anggrek dengan lekatnya hingga membuat wajah Anggrek merona merah marun. Zumi mengambil mikrofon ditangan Anggrek.
"Zumi, aku ci..." ujar Anggrek ingin menyelesaikan kalimatnya tadi, namun lagi-lagi Zumi menukasnya. Tapi kali ini ia menukasnya dengan sebuah lagu.
"Aku tak mampu menyakitimu...." nyanyi Zumi, ia memberi jeda panjang untuk suaranya. Anggrek tak mengenal lagu ini. Lalu apa maksud Zumi bilang jika dia tidak mampu menyakitiku? Kok memakai jeda seperti ini? Apa Zumi mau bilang jika dia punya perasaan yang sama denganku? Atau... pikir Anggrek dalam hati.
"Anggrek, you must be think of positive!" gumam Anggrek. "Maybe, he only nervous with your feeling is which you say to his."
Sepertinya semua kenyataan ini terlihat tiba-tiba baginya, pikir Anggrek dalam hati. Ia mencoba mengerti Zumi kini. Zumi menarik napas panjang lalu mulai mengeluarkan suaranya yang lumayan terdengar merdu juga ditelinga.
"Aku tak mampu menyakitimu
aku tak sanggup untuk menduakanmu
Ku tak mungkin mencintaimu
karena hatiku tlah dimiliki dia
kau tak mungkin memilikiku sepenuh hati
aku hanya ingin setia
aku hargai ketulusanmu untuk cintamu
tapi ku milik dia
...."
Nyanyi Zumi hingga bait terakhir dari syair lagu yang ternyata milik Armada band juga namun dengan judul berbeda. Judul lagunya adalah 'Ku Ingin Setia'.
"A, aa,aapa, apa maksudnya ini.... Zumi?" tanya Anggrek dengan suara parau. Matanya mulai berkaca-kaca. Sesak merasuki dadanya. Pikirannya kemana-mana tak tentu arah.
"Itu lagu jawaban dariku untuk perasaanmu." tegas Zumi.
"Jadi? Jadi... Aku, aku ditolak?" yakin Anggrek. Zumi mengangguk mengiyakan.
"A, aku ditolak, karena kamu, udah punya..." suara Anggrek tertahan dengan nada berat. Sekali lagi Zumi hanya mengangguk dan berkata.
"Maaf," ujarnya seraya berjalan pergi meninggalkan Anggrek seorang diri dengan keadaan hancur. Ya... Hati Anggrek hancur kini. Parahnya melebihi gempa bertsunami di Aceh 2006 lalu. Inikah namanya patah hati? Kenapa rasanya sakit sekali? Tuhan, tolong sadarkan aku! Buatlah ini hanya mimpi untukku, bukan sesuatu yang nyata. Aku tak sanggup menerima kenyataan ini...
Sepasang mata tak dapat menerima kenyataan jika sang suara beningnya ini kecewa. Akantetapi beribu telinga bersorak ria mengetahui hal ini. Si penulis bersuara merdu itu telah menolak si suara bening. Satu saingan untuk mendapatkan si penulis telah kandas pada zona ini. Mereka semakin semangat.

Selasa, 26 April 2011

Demi Waktu Itu Segalanya Rela Ikut

Kok bisa? Kenapa tiba-tiba semua orang berubah? Apa sebabnya? Kenapa mereka? Itulah pertanyaan yang muncul dibenakku saat kutahu jika semua teman sekelasku berubah sikap padaku. Awalnya mereka cuek dan tak pernah menganggapku ada diantara mereka namun setelah hari itu mereka berubah. Mulai menyapaku, mengirimiku SMS, dll.
"Hi, Dhis!"
"Pagi, Dhis!"
"Dhis, sekelompok denganku ya!"
"Dhis, kalo ngerjain soal yang ini gimana?"
"Gimana kalo kita nanti ke toko buku ini, Dhis,kan ada promosi?"

Aduh Dia Hampir Itu....

Semua tahu bahkan sangat tahu jika aku berbicara sebagai aku yang baru. Aku yang memulai membuka identitasku padanya. Aku yang telah mengambil langkah terlalu jauh. Aku tahu dia tak mungkin untukku meskipun aku menginginkannya. Dia terlalu 'hampir sempurna' untukku. Sedangkan aku apa? Tak lebih dari seorang pecundang sejati yang tak bisa memanfaatkan situasi dan bermanfaat untuk orang lain.

Senin, 04 April 2011

Komik Baru

Detective Conan vol. 60 udah terbit lho!!
Aku baru beli pada 2 April 2011 dan langsung dibaca selesai hari itu. Isi buku itu ada 4 kasus sulit yang menangtang! Seru deh ceritanya!!

Ini ringkasannya:

Kamis, 24 Maret 2011

Baru siaran ----Pelajaran Bahasa-Sunda----25032011

Naskah Siaran Radio
Kelompok Bahasa Sunda X-IPS 4: @ AJI JAELANI
@ DEVI RIZKIANA
@ DWISRI KURNIADI PUTRI
@HANA MARDIYAH

Aji: Assalamualaikkum warohmtullohi wabarokatuh, pamirsa!
Devi: Tepang deui sareng Kang Aji jeung Kang Devi nu karasep tea dina acara Curhat Kawula Muda. Anu disiarkeun dina Radio Rastafara Dalapan gelombang 108,2 FM di Ciamis, sarta nu biasa midang unggal malam Minggu ti tabuh 20.00 wengi dugi ka tabuh 22.00.
Aji: Sapertos biasa dina malam Minggu ieu sadaya pamirsa tiasa curhat sareng nyuhunkeun tembang-tembang Pop Sunda. Kanggo pamirsa anu bade curhat sareng nyuhunkeun tembang-tembang Pop Sunda tiasa nga-sms ka nomor 081323471103 atanapi nelpon ka 0265 771069.
Aji: “Mangga ayeuna di buka bae acarana.”
Devi: “Oh enya aya nu hilap dikantunkeun ka pamirsa, Kang Aji!”
Aji: “Hilap naon atuh, Kang Devi?”
Devi: “ Kieu, Kang Aji. Lamun pamirsa bade nelpon atanapi sms kadieu kedah nganggo password.”
Aji: “Oh, enya pamirsa. Janten kieu carana, pami Kang Aji atanapi Kang Devi nyebatkeun Curhat Kawula Muda, pamirsa kedah ngawaler curhatna urang sadaya.”
Devi: “Nya sok diantosan bae ku Kang Aji jeung Kang Devi, sms na di 081323471103.”
Aji: “Bilih pamirsa bade request lagu teu kantos nganggo curhat oge tiasa wae ditampi didieu sinareng ngucapkeun salam-salam kanggo kaluarga di bumi.”
Devi: “Nya, tos aya sms ti nomor 085223... sekian sekian. Saurna, wengi kang Aji sareng kang Devi anu bageur. Ieu Kaka di Kertasari bade request lagu Bola Salju ti Kang Sule. Lagu eta teh dikintun kanggo Wendi sareng Tomi di sakola sing sumanget latihannana! Nuhun sateuacanna.”
Aji: “Ti 081328.... sekian-sekian. Wengi Kang Aji sareng Kang Devi, abi IK di Maleber bade ngarequest lagu Timburuan, dikintun kanggo kabogoh abi di bumina, pangwartoskeun kitu ‘aa enging sok ngalirik-lirik istri sanes da! Eneng teh orangna timburuan.’ Nuhunnya, Kang! Enging hilap laguna diputernya, Kang!”
Devi: “Aduh anu nuju timburuan. Nya sok engke diputerkeun!”
Aji: “Kanggo aa na IK ulah sok nyieun si IK timburuannya.”
Aji: “Dev, aya telpon asup yeuh!”
Devi: “Hallo, curhat kawula muda. Walerna?”
Hana: “Curhatna urang sadaya.”
Aji: “Sareng saha dimana?”
Hana: “Wengi Kang Aji sareng Kang Devi anu nuju siaran di studio. Ieu AH di Banagara.”
Devi: “AH di Banagara, bade curhat perkawis naon yeuh?”
Hana: “Kieu kang, abi pan nembe... alhamdulillah kitunya, jadian sareng kabogoh abi nu ayeuna. Eh, ngadadak sesemplakan hate abi ngajakan balikan deui. Abi kan bingung kang, tapi duka kunaon, abi malah ngaenyakeun ka sesemplakan hate abi eta teh. Nya akhirna abi teh janten gaduh dua kabogoh ayeuna teh. Tah kukituna, ayeuna abi janten sesah ngabagi-bagi waktos kanggo kabogoh kahiji jeung kabogoh kadua. Paur bentrok engkena Kang. Kukituna, abi hoyong ukeun saran ti Kang Aji sareng Kang Devi yen abi teh kedah kumaha kitu.”
Devi: “Kela-kela akang bade naros, ari AH leuwih bogoh kanu mana?”
Hana: “Dua-duana, Kang!”
Devi: “Wah, cilaka kadua belas eta mah, AH.”
Aji: “Pilih salah sahiji atuh, AH!”
Devi: “Kawas Kang Devi anu sok satia. Kabogoh ngan hiji, AH. Teu kedah seueur.”
Aji: “Huuu... Sorakan Kang Devi, pamirsa!”
Devi: “Ulah ketang pamirsa! Kang Aji mah sirik ka Kang Devi.”
Hana: “Janten, AH kedah kumaha, Kang?”
Aji: “Saur akang-akang didieu mah, AH teh kedah ngamantepkeun hate AH, ari AH teh leuwih bogoh kanu mana. Teu kenging sok sarakah kitu ah, mending kanggo ade akang hiji, ade akang teu acan gaduh kabogoh tuh....hehe”
Devi: “Tong dikupingkeun ketang AH,si kang Aji mah keur neangan calon ipar. “
Aji: “ Nyak atuh usaha saeutik mah wajar Dev.. karunya tuh pun ade teu acan gaduheun kabogoh.he”
Devi: “ Lah seug, kumaha didinya asal bahagia.”
Hana: “Euuh... si akang mah malah ngarumpi. Atos ah Kang, curhatna. Abi bade ngamantepkeun hate abi heula kanggo milih nu mana-manana. Nuhunnya, Kang! Tos masihan abi saran kanggo ngarengsekeun masalah ieu. Mugia kanggo Radio Rastafara Dalapan khususna acara Curhat Kawula Muda makin jaya di udara.”
Aji & Devi serentak barkata: “Amin,,,,,,”
Hana: “Eh, kang, hilap! Abdi bade request lagu. “
Aji: “ Oh, sok, mangga-mangga.... bade request lagu naon AH ? “
Hana: “ Biasalah kang, lagu karesep abdi, judulna Dua Cinta.”
Devi: “ Oh, sip-sip... laguna dikintun kanggo saha wae, AH ?”
Hana: “ Laguna dikintun kanggo Bunda Ade di Nasol, Bi Geti di Pamalayan, teras teu hilap kanggo kabogoh abdi nu aya di bumina masing-masing.”
Hana: “Teu kenging hilap nya, Kang! Laguna diputer!”
Aji: “Enya, sip.”
Tut...Tut... Tut...
Aji: “Okeh, pamirsa sadaya, cuang dangukeun lagu Dua Cinta sareng Bola Salju....”
Devi: “Eh, keheula, Ji. Lagu Bola salju mah asa teu aya lirik Sunda-Sundaan acan. Kan urang duaan didieu rek mawa acara jang ngamumule basa Sunda lin?”
Aji: “Enya, tapi kan masih aya hubunganna ieuh atuh!”
Devi: “Hubungan naon?”
Aji: “Apan ari Kang Sule teh ti tatar Sunda keneh janten masih aya hubungannana. Jaba karunya kanggo Kaka anu tos ngarequest ka dieu.”
Devi: “Oooh, nyaentos atuh ari kitumah, mangga ayeuna lagu ti Kang Sule na diputer.”
Lagu Bola Salju diputer.
Lagu Timburuan diputer.
Lagu Uing diputer.
Devi: “Hallow-hallow pamirsa sadaya! Uih deui dina acara Curhat Kawula Muda?”
Aji: “Curhatna urang sadaya.”
Devi: “Ji, aya telepon asup deui yeuh, siap-siap!”
Dwi: “Hallo?”
Aji: “Hallo, Curhat Kawula Muda?”
Dwi: “Curhatna urang sadaya.”
Aji: “Sareng saha dimana?”
Dwi: “Sareng BD di bumi. Kang, BD bade curhat...”
Devi: “Nya sok, BD. Bade curhat naon?”
Dwi: “BD nuju resep ka hiji pameget namina AB. Awalna mah BD biasa wae ka AB teh, tapi lami-lami perasaan BD janten beda. BD jadi resep ka AB. Hoyong pisan BD teh ngungkapkeun eusi hate BD ka AB tapi da BD teh isin. Maenya BD anu ngamimitian? Terus, BD sieun pisan teu ditarima ku AB. BD kudu kumaha, Kang? Apa BD kedah nyimpen perasaan BD terus na jero hate nyampe rarasaan ieu leungit jeung sorangannana? Bantuan BD, kang!”
Aji: “BD, cinta na jero hatenya? Ehmm, Ayeuna seueur kaum istri anu siga BD, resep kahiji lalaki tapi sieun ngomong resepna. Sabenernamah asalkeun BD gaduh cara kanggo ngomongna, sadaya persoalan ieu teh janten gampil.”
Dwi: “Tapi, Kang. Apan BD-na isin kanggo nyarios ka AB-na...”
Aji: “BD, lamun BD niat ngungkapkeun rasa resep BD ke AB, piceun sing tebih rarasaan sieun ditolak sagala ku si AB. Da engkena jadi matak boga rarasan pesimis ka BD-na. Anu jelas mah, BD kedah ngomong yen rarasaan BD ka AB teh kumaha.”
Devi: “ Yeuh, BD. Rarasaan resep lamun lami pisan disimpenna bisa nyeri hate. BD hoyong terang ‘kan rasa resep BD ka AB teh dibales henteuna ku AB?”
Dwi: “Uhun, hoyong.”
Aji: “Matakna eta teh kudu dicarioskeun yen rarasaan BD ka AB teh kumaha, ambih engke BD teu panasaran sareng balesan hate ti AB kanggo BD. Tarima teu ditarima mah urusan engke. Ulah era! Mikirna kieu wae, lamun BD ditarima... Akang duaan didieu milu senang. Tapi lamun misalna BD teu ditarima, BD ulah leutik hate. Mereun AB teh lain orang anu paling pas kanggo ngadampingi BD.”
Dwi: “Bener eung, Kang! BD teh orangna teu wanian, tapi lamun kanggo ieu mah kudu diwani-wanikeun nya? Da lamun teu wani, BD moal apal apa rasa resep BD teh dibales henteuna ku AB. BD bade usaha kanggo wanian ah, Kang!”
Aji: “Enya kedah kitu, BD! Sing sumangetnya!”
Dwi: “Enya, Kang Aji sareng Kang Devi. Nuhun kanggo saranna. BD bade request lagu Mawar Bodas, dikintunkeun kanggo keluarga BD dibumi sareng kanggo AB.”
Tut... Tut... Tut...
Aji: “Aduh, Dev! Ari nu nuju Cidaha saur band Ungu oge nyerinya? Tapi maenya sih nyampe kakituna?”
Devi: “Enya bener nyerina. Rasaan heula geura, Ji!”
Aji: “Ah, embung ari nyeri mah.”
Devi: “Pamirsa satia Radio Rastafara Dalapan sadaya, tina acara ieu urang teh tiasa nyandak hikmahna yen urang teh ulah sok ngadua lamun geus boga kabogoh, terus ulah sieun ngungkapkeun rasa resep ka orang anu diresep. Wani wae, bade ditarima syukur teu ditarima syukur. Rasa teh kurnia ti Allah jadi enging diulin-ulinkeun sareng disimpen-simpen na hate. Fitrah cinta teh pasti dialaman ku sadaya makhluk Allah!”
Aji: “Pamirsa sadaya, teu karaos waktos parantos muruluk langkung. Kukituna, tambi lumayan, Kang Aji sareng Kang Devi bade pamitan. Sateuacanna, Akang didieu bade muterkeun lagu Mawar Bodas kanggo pamirsa sadaya di bumi. Wilujeung tepang deui dina waktos sejen. Wilujeung kantun para pamirsa! Akhiru kalam, wassalamualaikkum warohmatullahi wabarokatuh.”

@ Rengse @

Selasa, 15 Maret 2011

Dinda Kirana in action

1.
Wajah polos Dinda Kirana saat memerankan tokoh Mischa dalam FTV 'Sumpah Gue Cinta'


2.
Wajah ragu Dinda Kirana dalam FTV 'Sumpah Gue Cinta'


3.
Wajah tak percaya dengan kenyataan yang ada Dinda Kirana dalam FTV 'Sumpah Gue Cinta'.


4.
Wajah resah Dinda Kirana dalam FTV 'Sumpah Gue Cinta'.


5.
Wajah mengambil keputusan Dinda Kirana dalam FTV 'Sumpah Gue Cinta'.


Gambar-gambar dari FTV Sumpah Gue Cinta

Mischa diminta menjadi pacar Dion lagi oleh Dion. Namun Mischa menolaknya karena ia sudah punya Ryan di sisinya sekarang.


Mischa berusaha diyakinkan Ryan tentang Ryan yang bener-bener cinta sama Mischa.


Wajah kaget Mischa saat mendengar pengakuan Ryan yang sedang sakit tumor otak. Sejak saat itulah Mischa mulai bisa dekat dengan Ryan.


Mischa mendapat telepon dari ibunya di Bandung mengenai penyakit ayahnya Mischa yang kambuh lagi. Dengan kesal Ryan yang tadi hampir saja mampu mencium Mischa menatap Mischa dari belakang.


Mischa dan Rena



Mischa sedang memikirkan keadaan Ryan.


Rena tak mau memperdulikan penjelasan Mario.


Rena, Mario, dan Dion di pesta perkawinan.


Ini dia nih tokoh "Dion" mantan pacar Mischa yang baru balik dari kuliah di luar negeri.